Doa Restu menjadi satu hal yang diperlukan oleh setiap kandidat yang ingin mencalonkan diri sebagai kepala daerah, biasanya ulama yang berpengaruh dalam suatu wilayah akan menjadi rujukan dalam hal meminta doa restu ini.
Maka, menjadi satu hal yang minus bila seorang kandidat maju tanpa terlebih dahulu meminta restu para ulama.
Sebenarnya tidak ada yang tercela dengan sikap ini, yang kemudian menjadi bermasalah adalah ketika para kandidat mempolitisir sebuah doa restu ini. Doa restu dijadikan senjata pamungkas untuk membungkam pihak lawan.
Yang paling parah, mereka membuat suatu pentajhilan (pembodohan) terhadap ummat dengan doa restu ini, dengan cara mengklaim bahwa dirinyalah yang berhak dan direstui dan menuding para kandidat lain tidak direstui.
Padahal, dalam setiap dokumentasi, setiap para kandidat jelas mempertontonkan kalau ulama merestui mereka, ulama tidak pernah menolak kedatangan para kandidat untuk meminta doa restu. Artinya, para ulama sangat menjaga sikap independen nya dalam hal mendukung salah satu kandidat.
Hanya mereka yang bermental penakut lah yang melakukan cara kotor mempolitisir doa restu ini, mereka miskin ide, gagasan dan program kerja. Sesungguhnya pembodohan itu adalah kerjanya para setan. (POLITIKUS DAYAH)
Lawan politik setan itu !!!
Salam.
Sunday, 2 October 2016
POLITIK DAN DOA RESTU
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment